Muhammad Mulyadi S.Pd
(Demisioner PMII Rayon Tarbiyah dan Keguruan)
Orang berpengetahuan atau cendikiawan dibedakan menjadi dua. Pertama, mereka yang berada di menara gading yaitu teori-teorinya yang melangit. Kedua, mereka senantiasa melihat secara konteks melalui teori-teori. Banua kita kaya dengan cendekiawan. Tentu kita sangat akrab dengan sosok cendekiawan muslim ini sebab belaiu rutin menulis pemikiran-pemikirannya di media massa. Tentu sudah tidak asing dengan sosok Prof. Dr. Mujiburrahman, MA. Mengenyam pendidikan pesantren tradisional, sampai belajar ke barat. Sekarang menjadi Rektor UIN Antasari Banjarmasin sumbangsih beliau dalam pemikiran tidak perlu ditanyakan lagi seperti buku, artikel dan tulisan-tulisan beliau sangat relevan dengan keadaan saat ini. Pertanyaannya mengapa bisa kritik-kritik yang membangun tanpa beban dan sangat objektif sesuai dengan kontekstual dengan bahasa sederhana namun tetap berisi.
Penulis pernah berdiskusi dan bertanya hal itu kepada Prof. Mujib panggilan akrabnya. Beliau mengatakan “Saya seperti itu karena tidak terikat dengan kepentingan dari pihak luar,” tandasnya.
Salah satu kritik beliau tentang tingkat pendidikan di Banua, menurut data statistik tahun 2015 mayoritas pendidikan masyarakat banua adalah SD dan SMP. Beliau dalam artikelnya menanyakan adakah masalah ini berhubungan dengan tingginya pernikahan dibawah umur di banua kita? menurut data tahun 2015, usia perkawinan pertama di Kalimantan Selatan sebagian besar di bawah usia 20 tahun, dan hampir tiga perempat dari itu adalah perempuan di atas 10 tahun. Tahun 2016 lalu media lokal, Radar Banjarmasin mengutip dari data BPS Kalimantan selatan melaporkan bahwa dalam satu tahun, Kabupaten Banjar saja tercatat 700 janda muda usia 30 tahun ke bawah akibat perceraian.
Apakah ini ada hubungannya dengan agama? bukankah dampak dari perceraian semacam ini sangat berat, lebih-lebih jika mereka berasal dari keluarga miskin dan berpendidikan rendah.
Selanjutnya beliau juga mengkritik di tahun 2014, Gubernur Kalimantan Selatan Rudy Ariffin mengatakan pada 2013, Kalimantan Selatan berada di urutan ketiga setelah Jakarta dan Bali sebagai daerah yang paling sedikit jumlah orang miskinnya. Barangkali jumlah mobil pribadi yang terus bertambah sehingga jalan raya semakin padat adalah buktinya. Jelas ada kesenjangan antara si kaya dan miskin. Menurut media lokal, Kalimantan Post melaporkan hingga Maret 2016 tercatat 195.700 orang penduduk Kalimantan Selatan tergolong miskin.
Dalam satu semester penambahan penduduk miskin mencapai 6.540 orang berdasarkan tentu berbeda dengan data saat ini. Berdasarkan data BPS Kalimantan Selatan, pada maret 2019 jumlah masyarakat miskin sebesar 192.48 ribu orang dengan sebaran 70.52 ribu di perkotaan dan di desa 121.97 ribu di pedesaan. Bisa kita lihat sekarang di tahun 2020 jumlah penduduk Kalimantan Selatan berjumlah 4.303.972 orang kritik ini justru harus disikapi dengan bijak oleh stakeholder terkait dalam pengambilan keputusan.
Beliau juga menyoroti izin tambang yang bermasalah, rencana reklamasi pasca tambang, serta bencana-bencana ekologis yang diakibatkan tambang. Berdasarkan data Media Indonesia (18/02/2020) ada sekitar 8000 tambang ilegal dan terbanyak di Kalimantan Timur.
Berdasarkan laporan di Kalimantan Selatan ada 50 titik aktivitas Pertambangan Tanpa Izin (PETI) yang tersebar di Tanah Laut, Tanah Bumbu dan Hulu Sungai Selatan. Menurut Isharwanto (Kadis ESDM Kalimantan Selatan) mengatakan total bukaan tambang di Kalimantan Selatan mencapai 76.629 hektar dari luasan reklamasi baru 46.507 hektar yang direvegetasi seluas 16.582 hektar masih tersisa 30.002 bukaan tambang yang belum di reklamasi termasuk lobang tambang.
Menurut WALHI Kalimantan Selatan eksploitasi SDA telah menjadi sumber penyebab kerusakan lingkungan dan ancaman bencana ekologis di Kalimantan Selatan. Sekitar 50 % Kalimantan Selatan dikuasai izin tambang 30% dan sawit 17%. Akhirnya kita mengetahui sendiri Kalimantan Selatan dilanda banjir dan hampir semua daerah mengalami musibah banjir menurut penulis bencana banjir harus menjadi refleksi untuk menyelesaikan pelbagai permasalah terkait tambang, masalah ekologi, dan mitigasi bencana. Jika hal ini tak diselesaikan maka akan timbul bencana ekologis lain yang berpotensi sama bahkan lebih destruktif dari permasalahan hari ini.
Melalui beliau kita belajar bahwa kepedulian terhadap Banua bisa dilakukan dengan berbagai cara menurut kemampuan kita masing-masing seperti beliau yang seorang cendekiawan muslim yang tumbuh dan belajar dari tradisi pesantren dan sekolah hingga ke barat memberikan pandangan yang luas dan tajam terhadap permasalahan-permasalahan Banua tanpa beban dan tetap objektif.
Selamat melihat Banua sahabat.